Khutbah Masjid al-Haram: Kelembutan Nabi ﷺ
Khutbah Pertama:
الحمدُ لله، الحمدُ لله الذي تكَّرمَ علينا بدين الإسلام، وجعل السماحةَ فيه منهجًا للأنامِ، وأشهدُ أن لا إله إلا الله وحدَه لا شريكَ له شرَّفنا بهذا الدين، وأمرَنا باتباعِ هَديِه المُبين، وأشهدُ أن نبيَّنَا محمدًا عبدُه ورسولُه، بعثَهُ ربُّه رحمةً للعالمين، صلَّى الله عليه وعلى آله في الأولين والآخرين، وصحابتِه الغرِّ الميامين، ومن تبِعَهم بإحسانٍ إلى يومِ الدين.
أما بعدُ .. معاشر المؤمنين:
فأُوصِي نفسي وإياكم بتقوَى الله – عزَّ وجلَّ -.
Kaum muslimin,
Pada hari ini kita menyaksikan berbagai macam tuduhan dilemparkan kepada Islam dan kaum muslimin. Umat Islam yang mempraktikkan agamanya yang mulia digelari dengan fanatik dan bergabung dengan aliran tertentu. Disebut keras dan kaku. Islam berlepas diri dari yang demikian. Islam adalah agama kasih sayang, adil, toleran, dan cinta
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, ia berkata,
سُئل النبيُّ – صلى الله عليه وسلم -: أيُّ الأديان أحبُّ إلى الله – عزَّ وجل -؟ قال: «الحنيفيةُ السَّمحةُ»؛ رواه أحمد بسندٍ حسن
“Nabi ﷺ pernah ditanya, ‘Agama apa yang paling dicintai Alllah?’ Beliau menjawab, ‘Yang lurus dan mudah’.” (Hadits hasan riwayat Imam Ahmad).
Yaitu agama yang lurus dengan tauhid dan mudah dalam amalan.
Ketika Nabi ﷺ mengutus Muadz bin Jabal dan Abu Musa al-Asy’ari menuju Yaman, berliau berpesan,
«يَسِّرَا وَلَا تُعَسِّرَا وَبَشِّرَا وَلَا تُنَفِّرَا وَتَطَاوَعَا وَلاَ تَخْتَلِفَا»؛ متفقٌ عليه
“Mudahkanlah dan jangan mempersulit. Berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari. Saling tolong-menolonglah dalam ketaatan dan janganlah kalian berdua berselisih.” (Muttfaqun ‘alaih).
Dan Maha Benar Allah ﷻ yang berfirman,
﴿مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ﴾
“Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS:Al-Maidah | Ayat: 6).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Maksudnya adalah agar kalian bersyukur dengan nikmat-Nya atas kalian berupa syariat untuk kalian. Yang bijak dan penuh kasih sayang. Yang mudah dan memudahkan.”
Nabi ﷺ memotivasi umatnya agar bersikap mudah dan toleran dalam permasalahan muamalah. Memprioritaskan hal yang utama dan tidak mempersulit. Beliau ﷺ menjanjikan rahmat bagi orang-orang yang berhias dengan sifat-sifat tersebut.
Dalam Shahih al-Bukhari, dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda,
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلاً سَمْحًا إِذَا بَاعَ ، وَإِذَا اشْتَرَى ، وَإِذَا اقْتَضَى
“Semoga Allah merahmati seseorang yang bersikap mudah ketika menjual, ketika membeli dan ketika menagih haknya (utangnya).” (HR. Bukhari).
Apabila Rasulullah ﷺ diberi pilihan antara dua perkara, beliau akan memilih yang lebih mudah selama tidak mengandung dosa.
Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma mengatakan, “Rasulullah adalah seorang laki-laki yang mempermudah.”
Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Maksudnya adalah mempermudah, mulia, dan lemah lembut. Sebagaimana firman Allah ﷻ,
﴿وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ﴾
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS:Al-Qalam | Ayat: 4).
Ibadallah,
Kelemah-lembutan dan kasih sayang terpraktikkan dalam banyak perbuatan Nabi ﷺ. Dalam ibadah dan muamalah. Dalam kepribadian dan akhlak kepada para sahabatnya, teman-teman, bahkan musuh-musuh beliau ﷺ. Beliau menyayangi semua makhluk tanpa memandang suku dan agama mereka.
Dalam Perang Bada, dalam pasukan kaum musyrikin terdapat Abu al-Ash bin ar-Rabi’, suami dari Zainab binti Rasulullah ﷺ. Ketika orang-orang Mekah menyerahkan uang untuk menebus pasukan mereka yang tertawan, Zainab menebus Abu al-Ash dengan hartanya. Zainab radhiallahu ‘anha mengirimkan kepada beliau kalung ibunya, Ummul Mukminin Khadijah radhiallahu ‘anha, untuk menebus Abu al-Ash. Ketika Rasulullah ﷺ melihat kaling itu, beliau merasa begitu haru dan iba. Beliau teringat Khadijah. Kemudian beliau ﷺ berkata kepada para sahabatnya,
«إن رأيتُم أن تُطلِقُوا لها أسيرَها، وترُدُّوا عليها الذي لها»
“Bagaimana sekiranya kalian membebaskan tawanan untuknya dan mengembalikan harta tebusannya.”
Para sahabat menjawab, “Baik Rasulullah”. (HR. Abu Dawud dengan sanad hasan).
Dalam Shahihain dan Musnad Imam Ahmad terdapat riwayat dari Jabi radhiallahu ‘anhuma. Jabir berkata, “Kami bersama Rasulullah ﷺ dalam Perang Dzatu ar-Riqaq. Kami berteduh di bawah bayangan pohon. Kami terpisah dari Rasulullah ﷺ. Datanglah seorang laki-laki dari kalangan musyrikin hingga berdiri di sisi kepala beliau ﷺ dengan menghunuskan pedang. Laki-laki itu berkata, “Siapa yang akan menghalangiku darimu?” “Allah,” jawab Nabi ﷺ. Pedangnya pun terjatuh dari tangannya. Kemudian Rasulullah ﷺ mengambilnya. Beliau berkata, “Siapa yang akan menghalangiku darimu?” “Berbuat baiklah,” kata laki-laki itu. Beliau ﷺ menanggapi, “Maukah kau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah?” “Tidak mau,” jawab laki-laki itu. “Tapi aku berjanji tidak akan memerangimu. Dan aku juga tidak akan bergabung bersama orang-orang yang memerangimu,” lanjutnya. Nabi ﷺ pun membebaskannya.
Jabir berkata, “Kemudian ia pergi menemui teman-temannya. Laki-laki itu berkata, ‘Sungguh telah datang pada kalian sebaik-baik manusia’.”
Nabi ﷺ tidak memaksa laki-laki itu untuk memeluk Islam. Beliau juga tidak menghukumnya atas perbuatan yang sebelumnya ia lakukan. Islam telah masuk ke dalam hatinya. Ia kembali menemui kaumnya sehingga memberi hidayah banyak orang.
Kelembutan beliau ﷺ yang lain adalah beliau mendoakan orang-orang musyrikin, berharap agar Allah menunjuki mereka kepada Islam.
Dalam ash-Shahihain dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Ath-Thufail dan kaumnya datang menemui Rasulullah. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kabilah Daus telah kafir dan menolak (dakwah Islam). Doakanlah keburukan untuk mereka. ada yang berkata, “Binasalah Daus! Binasalah Daus!” Kemudian Rasulullah ﷺ berdoa,
اللهمَّ اهدِ دَوْسًا وائتِ بهم، اللهمَّ اهدِ دَوْسًا وائتِ بهم
“Ya Allah, berilah petunjuk pada Daus dan datangkanlah mereka (padaku). Ya Allah, berilah petunjuk pada Daus dan datangkanlah mereka (padaku).”
Sifat kasih sayang Nabi ﷺ inipun dikenal oleh kalangan Yahudi. Sehingga mereka sengaja bersin di dekat Nabi ﷺ agar didoakan “yarhamukallahu (semoga Allah merahmatimu)”. Namun Nabi ﷺ tidak mendoakan rahmat untuk mereka. beliau ﷺ mendoakan hidayah untuk mereka.
Dalam Sunan at-Turmudzi dengan sanad yang shahih dari Abu Musa al-Asy’ari radhiallahu, ia berkata, “Orang-orang Yahudi sering bersin di sisi Nabi ﷺ. Mereka berharap beliau mengucapkan doa “yarhamukallahu (semoga Allah merahmati kalian)”. Akan tetapi beliau mendoakan:
يهدِيكم اللهُ ويُصلِحُ بالَكم
“Semoga Allah memberi petunjuk dan memperbaiki kalian.”
Maha Benar Allah ketika berfirman,
﴿وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ﴾
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS:Al-Anbiyaa | Ayat: 107).
Nabi ﷺ adalah orang yang paling baik akhlaknya. Paling lapang dadanya. Paling benar ucapannya. Paling lembut perangainya. Paling mulia pribadinya. Banyak tersenyum. Ucapannya baik. Menyambung kekerabatan. Bersemangat menyebarkan dan menjawab salam. Ia tidak suka ada orang yang berdiri untuk menghormatinya. Memaafkan orang-orang yang menyakitinya. Beliau ﷺ bersabda,
ما بالُ أقوامٍ يفعَلُون كذا وكذا؟
“Ada apa dengan suatu kaum yang berbuat demikian dan demikian?”
Beliau ﷺ bersikpa lembut dengan orang-orang yang bersamanya. Sampai-sampai setiap orang dari sahabatnya merasa bahwa dialah yang paling dicintai oleh Nabi ﷺ. Beliau mengajak diskusi orang-orang bijak di antara para sahabat, padahal beliau bisa saja meminta petunjuk wahyu. Beliau ambil peranan dalam gotong royong. Merasakan sulit dengan kesulitan para sahabatnya. Hal ini dijelaskan oleh sahabat Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu dengan ucapannya,
إنا والله قد صحِبنا رسولَ الله – صلى الله عليه وسلم – في السفر والحضر، فكان يعودُ مرضَانا، ويتبَعُ جنائِزَنا، ويغزُو معَنا، ويُواسِينا بالقليل والكثير”؛ رواه أحمد بإسنادٍ حسن
“Demi Allah, kami menemani Rasulullah ﷺ dalam keadaan safar dan tidak. Beliau membesuk yang sakit di antara kami. Turut mengantarkan jenazah sahabat kami yang meninggal. Berperang bersama kami. Membesarkan hati kami saat sempit dan lapang.” (Riwayat Ahmad dengan sanad yang hasan).
أعوذُ بالله من الشيطان الرجيم: ﴿لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ﴾ [التوبة: 128].
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS:At-Taubah | Ayat: 128).
بارَك الله لي ولكم في القرآنِ العظيم، ونفعَني وإياكم بما فيه من الآياتِ والذكرِ الحكيم، أقولُ قولي هذا، وأستغفِرُ اللهَ لي ولكم من كلَّ ذنبٍ، فاستغفِروه؛ إنه هو الغفورُ الرحيم.
Khutbah Kedua:
الحمدُ لله، الحمدُ لله الذي وفَّق من أراد لطاعته ورِضاه، ووعدَ من أطاعَ أمرَه بجنَّته يوم لِقَاه، وأشهدُ أن لا إله إلا الله وحدَه لا شريكَ له، وأشهدُ أن محمدًا عبدُه ورسولُه، وخِيرتُه من خلقه ومُصطفَاه، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه ومن اهتَدى بهُداه.
أما بعدُ .. معاشر المُؤمنين:
Sesuatu yang tidak diragukan lagi bahwasanya kelembutan dan kasih sayang itu membuahkan cinta dan kasih sayang di tengah masyarakat. melahirkan sifat tolong-menolong. Seperti sebuah ungkapan, “Jiwa yang lembut itu seperti tanah yang baik. Jika engkau ingin melewatinya, kau rasakan kemudahan. Jika engkau ingin menggarap tanahnya, tanahnya lembut. Jika engkau ingin membangunya, mudah bagimu. Dan jika engkau ingin tidur di atasnya, tanahnya tenang.”
Dalam Shahih al-Bukhari dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا ، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ
“Sesungguhnya agama itu mudah, dan sekali-kali tidaklah seseorang memperberat agama melainkan akan dikalahkan. (Dalam beramal) hendaklah pertengahan. Bergembiralah kalian. Serta mohonlah pertolongan (dalam ketaatan kepada Allah) dengan amal-amal kalian pada waktu kalian bersemangat dan giat.”
Lemah lembut dan mudah dalam akidah dan ibadah. Dalam adab dan akhlak. Akidah yang paling benar adalah yang paling lurus. Ibadah yang paling baik adalah ibadah yang adil. Akhlak yang paling bersih adalah akhlak yang sempurna. Inilah agama yang tidak ada kesulitan dan kekerasan. Tidak sesuatu yang memberatkan.
Islam telah memotivasi dalam banyak ayat dan hadits agar kaum muslimin berhias diri dengan akhlak yang lemah lembut di tengah masyarakat. Islam menjadikan hal itu sebagai bentuk ibadah. Menampakkan kebahagiaan dan kegembiraan adalah ibadah. Membuang gangguan di jalan adalah ibadah. Menjenguk orang yang sakit adalah ibadah. Memuliakan tamu adalah ibadah. Satu suap makanan yang diberikan seorang suami pada istrinya adalah ibadah. Bersyukur kepada Allah atas kemudahan dan kelembutan adalah ibadah. Mencegah agar orang lain tidak mendapat gangguan adalah ibadah. Semua amal yang berharap wajah Allah adalah ibadah.
Dalam Shahihain dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,
كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ، تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ، وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تََمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ، وَتُمِيْطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ
“Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedakah setiap harinya mulai matahari terbit. Memisahkan (menyelesaikan perkara) antara dua orang (yang berselisih) adalah sedekah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah. Berkata yang baik juga termasuk sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah shadaqah.”
Ibadallah,
Sesungguhnya kelemah-lembutan agama Islam terwujud dengan kebanggaan umat ini terhadap agamanya, keimanannya, akidahnya, dan penerapan syariat Rabbnya. Kelemah-lembutan Nabi ﷺ dan kasih sayang beliau dipraktikkan dalam penerapan hokum Allah.
Dalam Shahihain disebutkan, ketika seorang perempuan al-Makhzumi mencuri, Nabi ﷺ memotong tangannya. Kemudian beliau bersabda,
وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا
“Demi Allah, kalau seandainya Fathimah binti Muhammad mencuri, sungguh akan aku potong tangannya.”
Dalam Shahih Muslim dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku belum pernah melihat Rasulullah ﷺ (lebih berduka) terhadap musibah yang menimpa pasukan lebih dari duka yang menimpa 70 orang pasukan pada peristiwa Bi’ru Ma’unah. Mereka meminta diutus kepada mereka ahli Alquran (untuk mengajari Alquran). Mereka tinggal satu bulan. Mereka mengundang 70 orang itu untuk dibunuh.”
Ketika orang-orang Quraisy merusak perjanjian mereka dengan Nabi ﷺ dengan membunuh 20 orang dari Khuza’ah, beliau ﷺ marah. Beliau mengumpulkan pasukan untuk menolong pihaknya yang terzhalimi. Dan terjadilah pembebasan Kota Mekah. Seliau ﷺ berdiri di pintu Ka’bah. Sementara orang-orang Quraisy berada di Masjid al-Haram. Beliau bersabda,
«يا معشرَ قريشٍ! ما ترَونَ أنِّي فاعلٌ فيكم؟»، قالوا: خيرًا، أخٌ كريمٌ، وابنُ أخٍ كريمٍ، قال: «اذهَبُوا فأنتم الطُّلَقاءُ
“Wahai orang-orang Quraisy, menurut kalian apa yang akan kuperbuat terhadap kalian?”
Mereka menjawab, “Kebaikan. Engkau saudara yang mulia anak dari saudara yang mulia.”
Kemudian beliau menanggapi, “Pergilah, kalian semua bebas.”
Lihatlah betapa indah sifat maah beliau, kerendahan hati beliau menolong bani Khuza’ah, dan kelemah-lembutannya terhadap orang yang berbuat jahat. Sifat-sifat mulia itu, dipraktekkan semua oleh Rasulullah ﷺ.
Laa ilaaha illallah, betapa agungnya agama ini. Agama kebaikan dan kasih sayang. Agama kelembutan dan cinta. Agama yang mempersatukan kalimat. Dan mengajak berpegang kepada Alquran dan Sunnah.
ثم اعلَمُوا – معاشر المؤمنين – أن الله أمرَكم بأمرٍ كريمٍ ابتَدَأ فيه بنفسه، فقال – عزَّ مِن قائلٍ -: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: 56].
اللهم صلِّ على محمدٍ وعلى آل محمدٍ، كما صلَّيتَ على إبراهيم وعلى آل إبراهيم، إنك حميدٌ مجيد، وبارِك اللهم على محمدٍ وعلى آل محمدٍ، كما بارَكتَ على إبراهيمَ وعلى آل إبراهيم، إنك حميدٌ مجيد.
وارضَ اللهم عن الخلفاءِ الراشِدين: أبي بكرٍ، وعُمر، وعُثمان، وعليٍّ، وعن سائر الصحابةِ والتابعين، ومن تبِعَهم بإحسانٍ إلى يوم الدين، وعنَّا معهم بعفوِك وكرمِك وجُودِك يا أرحمَ الراحمين.
اللهم أعِزَّ الإسلامَ والمسلمين، اللهم أعِزَّ الإسلامَ والمسلمين، واحمِ حوزَةَ الدين، واجعَل هذا البلدَ آمنًا مُطمئنًّا وسائرَ بلادِ المُسلمين.
اللهم يا حيُّ يا قيُّوم برحمتِك نستَغيث، أصلِح لنا شأنَنا كلَّه، ولا تكِلنا إلى أنفسنا طرفةَ عين.
اللهم فرِّج همَّ المهمومين من المُسلمين، ونفِّس كربَ المكرُوبِين، واقضِ الدَّيْنَ عن المَدينين، واشفِ مرضانا ومرضَى المُسلمين.
اللهم أصلِح أحوالَ المسلمين في كلِّ مكان، اللهم أصلِح أحوالَ المسلمين في كلِّ مكان، اللهم أصلِح أحوالَ المسلمين في كلِّ مكان، برحمتك يا أرحم الراحمين.
اللهم وفِّق إمامَنا بتوفيقِك، وأيِّده بتأييدِك، واجزِه خيرَ الجزاءِ عن الإسلام والمُسلمين يا رب العالمين، اللهم وفِّق جميعَ وُلاةِ أمور المسلمين لما تحبُّه وترضَاه.
اللهم من أرادَنا، وبلادَنا، وأمنَنا، ورجالَ أمنِنا بسُوءٍ فاجعَل تدبيرَه تدميرًا عليه، يا قوي يا عزيز، يا ذا الجلالِ والإكرام.
اللهم انصُر جنودَنا المُرابِطين على حُدودِ بلادِنا، اللهم انصُرهم على عدوِّك وعدوِّهم يا رب العالمين.
اللهم اغفِر لآبائنا وأمهاتنا كما ربَّونا صغارًا، اللهم من كان منهما ميتًا فأنزِل على قبره شآبيبَ الرحمات، وافسِح له في قبره مدَّ بصره، واجمَعنا به في جناتك جنات النعيم، من غير حسابٍ ولا عقابٍ، برحمتك يا أرحم الراحمين، ومن كان منهما حيًّا فأطِل في عمره، وأحسن في عمله، واختِم لنا وله بخاتمة الإحسان، برحمتك يا منَّان يا ذا الجلال والإكرام.
اللهم اسقِنا الغيثَ ولا تجعَلنا من القانطين، اللهم اسقِنا الغيثَ ولا تجعَلنا من القانطين، اللهم اسقِنا الغيثَ ولا تجعَلنا من القانطين، اللهم أغِثنا، اللهم أغِثنا، اللهم أغِثنا، برحمتك وفضلك وجودك ومنَّتك يا أرحم الراحمين.
سبحان ربِّك ربِّ العزَّة عما يصِفُون، وسلامٌ على المُرسَلين، والحمدُ لله رب العالمين.
Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Mahir bin Hamd al-Mu’ayqali (Imam dan Khotib Masjid al-Haram).
Judul asli: Samahatu an-Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Tanggal: 27 Muharram 1438 H
Penerjemah: tim KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com
Artikel asli: https://khotbahjumat.com/4322-khutbah-masjid-al-haram-kelembutan-nabi-%ef%b7%ba.html